Full width home advertisement

Berita

Article

Post Page Advertisement [Top]


Dalam The7Awareness ofBExcellence Parenting, seringkali orang tua gagal menjadi panutan “role model”Vbagi anak-anaknya, berikut penyebanya antara lain :





1. Berhentilah  menyuruh namun tanpa keteladanan, sebenarnya sebagai orang tua

memerintahkan anak-anaknya adalah wajar namun jika ingin memiliki putra putri
di atas rata-rata maka sebagai orang tua harus mempersiapkan diri dengan
berhenti tidak menjadi teladan bagi keluarga. Di Barat ada sebuah istilah “Monkey

see, monkey do”, artinya apa yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru dan
diikuti oleh anak-anaknya.Teman saya akhirnya mengakui bahwa anak-anaknya menjadi perokok salah satu faktor utama adalah karena dirinya sering merokok dihadapan mereka. Hampir tidak ada orang tua yang mengatakan ‘nak, ayoo nak merokok biar seperti papah”, namun mengapa banyakrokok, jawabnya adalah keteladanan orang tua dihadapan anak-anaknya.
anak-anak ketika remaja dan dewasa akhirnya menjadi ketergantungan dengan






2. Suka marah dan Emosi, seorang ayah bicara kepada saya ketika sedang mengikuti

parenting, dirinya mengatakan bahwa “anak saya berhasil karena saya didik
dia dengan marah dan tegas, jika dia saya biarkan lembek dan loyo maka tidak
mungkin bisa sehebat ini” katanya. Saya menjawab “Lihat bapak, anak anda
sangat luar biasa dengan kehebatan anda, saya lebih percaya lagi jika bapak
mendidik dengan lebih banyak cinta daripada marah, lebih banyak senyum daripada
cemberut, lebih banyak bahagia dibandingkan kesel maka anak anda bukan hanya
seperti ini namun bisa 2 kali lebih dari seperti hari ini”. Sang penanya
terdiam lalu semenit berikutnya dia bertanya kembali “anak saya sangat
sempurna dalam semua hal” katanya. Saya menjawab lagi “Dalam
hidup minimal ada 5 ukuran sukses seseorang, pertama adalah pendidikan, kedua

keuangan, ketiga keluarga, keempat kesehatan dan kelima adalah agama (ruhani)”,
apakah yang disebut sukses oleh bapak adalah kelima-limanya”, pesertapun
terdiam lalu terdengar tangisan kecil dari sang bapak sambal mengatakan “anak
saya malas sholatnya, setiap suruh sholat selalu ada alasan, karir bagus dan
calon istri juga cantik tapi satu saja yang kurang, tidak mau ibadah” katanya. Lalu
saya mengatakan lagi “itulah pentingnya yang tadi saya sampaikan,
mengajarkan anak-anak ibadah sejak dini adalah penting namun yang terpenting
bagaimana mendidik mereka agar melakukan ibadah karena cinta bukan karena
takut”.






3. Membuat jarak yang jauh antara hati anda dengan anak-anak. Antara orang tua dan anak

sebenarnya tidak ada jarak, hanya saja dalam kenyataanya ada banyak orang tua
membuat jarak mental dirinya dan anak-anaknya, seolah-olah anak menjadi malas
merasa anak-anaknya memiliki kehidupanya sendiri, padahal sebenarnya tidak sama
dan merasa tidak nyaman ketika dekat dengan orang tuanya. Bahkan orang tua sekali, setiap anak selalu ingin dekat dan menempel hatinya kepada orang tua,
ibu dan anak-anaknya.
ada hubungan jiwa yang tidak bisa dibantah antara keduanya, terlebih hubungan. Salah satu yang membuat jarak itu adalah komunikasi, kegagalan orang tua seringkali meremehkan

pentingnya sebuah komunikasi, bukan hanya komunikasi lisan (ucapan)
namun yang jauh lebih penting adalah komunikasi dalam Bahasa tubuh. Ada banyak
orang tua yang ketika pulang ke rumah menunjukan wakah lelah dan “cape”
sehingga akhirnya anak-anak juga takut menganggu orang tuanya, apalagi ketika
bertanya orang tua langsung mengatakan “papah lagi cape, mamah lagi bete,
papah lagi males ngomong” dan sebagainya.






4. Malas ibadah bersama-sama keluarga. Seringkali orang tua ada saja berpikir unik dan

merasa benar bahwa soal ibadah adalah urusan personal, sehingga ketika dirinya
ibadah kepada Tuhan selalu sangat pribadi yang tidak melibatkan keluarga, hal
bisa bermakna membahayakan masa depan anak-anak kita. Hakikat setiap anak
ini sepintas benar namun jika dipelajari lebih jauh dan dalam maka jawaban ini adalah mahluk spiritual sehingga akan selalu ingin mencari kebenaran yang
bekal sukses di masa depan.
hakiki, dengan bimbingan orang tua dalam ibadah dan melibatkan mereka dalam hal
ibadah maka akan membentuk mental ruhani yang hebat, sehingga akan menjadi. Tetangga saya setiap subuh berjamaah selalu membawa anaknya ke masjid, awalnya anak ini menolak dengan
menunjukan wajah yang mengantuk, hanya saja dengan Bahasa yang baik dan
bagi anak ini yaitu berjamaah subuh di masjid. Anak-anak yang memiliki latar
komunikasi yang efektif akhirnya berhasil menjadikan sebuah kebiasaan hebat
unggul di masa depanya, karena sejujurya masa depan yang hebat dibangun oleh
belakang ruhani- agama yang kuat dari orang tuanya akan membentuk karakter
keluarga, siapa sih keluarga yang terhebat, tentu saja adalah ibu dan ayah.










PROFIL TERBARU NAQOY (MASTER TRAINER THE 7 AWARENESS)

Bottom Ad [Post Page]