Full width home advertisement

Berita

Article

Post Page Advertisement [Top]




Uje dan One Minute Awareness
Nanang Qosim Yusuf
Kamis subuh itu menyadarkanku kembali bahwa kematian benar-benar urusan Allah Swt, selesai sholat subuh ketika membaca bbm dari seorang sahabat, Habib Fahry Jamalullail “Assalamu’alaikum, Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Rajiun. Telah berpulang ke rohmatullah sudara, guru, kerabat kami tercinta dunia dan akhirat fadilatul Ustad Jefri alBukhori, mhn k
eikhlasan antum membacakan surotul fatihah untuk mengiringi kepergian beliau”, membaca BBM dari Habib Fahry rasanya membuatku diam tidak percaya, walau sudah lama tidak bertemu Uje, paling-paling  saling menyapa lewat bbm hampir tiap hari, terkadang Uje mengirim bbm tentang tausiyah kepadaku, sebaliknya terkadang aku yang mengirim motivasi harian padanya.
Untuk meyakinkanku tentang BBM tersebut, aku langsung melihat TV, dan alhasil hampir semua saluran TV memberitakan kisah yang menggetarkan jiwa itu, hari jumat itu, 26 April 2013 menjadikan aku teringat semua tentang Ustadz Jefrie Al-Bukhori, mengenalnya bukan melalui tv atau media lainya, namun aku percaya Allah mempertemukan diriku denganya bukan kebetulan, sebuah makna hidup yang luar biasa aku maknai setelah kepergianya selamanya. Pagi jumat itu aku ada training, sehingga aku datang pada saat pemakamanya, setelah mengunjungi rumah duka di Rempoa.
Aku ingat semuanya, pagi hari 12 maret  tahun 2011 lalu, di hpku ada miss call 3 x, kebetulan belum sempat diangkat, lalu tidak lama muncul sms di hpku “Assalamu’alaikum Pa Kyai”, itulah sms yang aku terima. Dalam hatiku ini pasti salah sms dan salah telpone,lalu aku jawab “Maaf, salah sambung”, akupun tidak menghiraukan lagi hp karena sedang memberikan seminar. Pada saat break siang hari aku buka sms, ada sebuah sms masuk yang sedikit membuatku bingung “Pa Kyai Naqoy, Assalamu’alaikum Ana Uje Al-Fakir”, kali ini aku benar-benar tidak bisa mengerti, ada 2 hal yang membuatku bertanya dalam hati. Pertama adalah nama Kyai, rasanya ini bukan aku banget, aku menduga ini pasti salah sms, hanya saja kebingunganku yang kedua, ada nama NAQOY. Rasanya nama ini hanya ada nama dari singkatan  Nanang Qosim Yusuf.
Lalu aku membalas kembali sms “Maaf, ini Uje siapa yah”, tidak lama ia membalas lagi “ Ane Uje Al-Fakir, Jefri Pa kYai, Jefri”. Lalu aku menyempatkan menghubungi oran yang sms tersebut, setelah menghubungi, subhanallah, benar di Ustad Jefry Al-Buchori. Sikap kerendahan hatinya membuatku tertegun dan  kagum bahwa Ustad Kondang ini benar-benar rendah hati. Singkat cerita, aku akhirnya janjian bertemu di Trans TV. Aku sendiri bersama temanku, namanya mas Oot, sementara Uje bersama timnya. Dalam pertemuan pertamku, aku masih sempat tidak percaya mengapa Uje menghubungiku dan ingin bertemu, Lalu akhirnya kami bertemu di Cofee shoop di gedung Trans Tv.
Aku dan mas Oot masuk ke dalam gedung Trans Tv, lalu aku lihat Uje sedang di wawancara oleh awak TV, aku tidak lama menunggu, lalu ketika ia melihatku, ia langsung berdiri dan menghampiriku
“Pa Kyai Naqoy, afwan” katanya
Akupun memeluk Ustad kondang ini pertama kali bertemu, sambil mengatakan “Tadz, maaf jangan panggil Pa Kyai, ana bukan apa-apa” kataku.
“Tuan Guru adalah salah satu yang mengingatkanku” katanya
“Maaf tadz, kita bukanya belum pernah bertemu, lalu kapan ana ketemu antum, dimana” kataku
Lalu kami sela dengan obrolan kesana-kemari tentang dakwah dan training The7Awareness yang aku bawakan. Waktu itu aku tidak sempat membawa buku the7awareness untuknya. Aku bicara seperti halnya sahabat yang sudah lama ketemu, tertawa dan sama-sama minum kopi. Lalu aku menetapnya dan berkata “ Tadz, jangan panggil ana kyai yah, ga pantes, aga ada ilmunya nih, antum yang pantas” kali ini aku memohon padanya utk jangan panggil lagi aku Kyai. Lalu Uje berkata “Baik Tuan Guru”. Wah dalam hati, nama inipun masih terlalu berat aku sandang, tapi biarlah nanti suatu saat aku akan mengatakanya di waktu yang tepat.
“Ana mau ucapin terima kasih Tuan Guru” kata Uje
“Antum ingat ga tahun lalu, ana melihat tuan guru dalam acara di Metro TV sama teman ana Iwel, acaranya DPR (Dialog Puasa Ramadhon), ana melihat tuan guru beberapa kali setiap sore. Suatu ketika anda mendengar Tuan Guru bicara dalam 1 jam ana melihat, ana ingat ada kata-kata Tuan Guru tentang memberikan motivasi diluar, tapi tidak melupakan memberikan motivasi di rumah bersama anak-anak antum”katanya.
“Ana, sempat merenung, selama ini ana ceramah kemana-mana, keluar kota dan sebagainya, tapi ana merasa jarang memberikan ceramah kepada anak-anak ana, kapan-kapan mampir ke rumah yah Tuan guru, lihat pendhopo yang didepan rumah, ana pakai untuk sholat jamaah bersama keluarga setiap subuh pas ana ada di rumah” katanya.
Akupun tidak bisa bicara, hanya bisa mengucapkan “Subhanallah, alhamdulilah tad, yang antum sampaikan benar semua. Insya Allah ana nanti mampir yah ke Rempoa”. Sore itu menjadi salah satu hari penting dalam hidupku mengenal orang yang sangat rendah hati, aku tahu Uje ilmunya sangat tinggi, namun kerendahan hatinya mengajarkan kepadaku bahwa semua ilmu ini adalah milik Allah SWT.Aku berpikir sejanak disaat menuju kendaraan setelah berpisah denganya, seandainya semua orang yang berilmu di negara ini memiliki kerendahan hati seperti Uje, insya Allah damainya negeriku.

PROFIL TERBARU NAQOY (MASTER TRAINER THE 7 AWARENESS)

Bottom Ad [Post Page]