Full width home advertisement

Berita

Article

Post Page Advertisement [Top]




MEnjadi orang tua saja kita punya tiga pilihan yaitu dibawah rata-rata, kedua orang tua rata-rata dan ketiga adalah orang tua diatas rata-rata. Semua pilihan tersebut seringkali tidak kita sadari dari awal, seandainya saja anak-anak muda, remaja dan dewasa mulai menyadari bahwa jalan hidup kedepan yang tidak bisa dihindari adalah menikah dan memiliki anak maka pertanyaan besarnya adalah pilihan yang manakah diantara ketiga hal tersebut yang akan diambil?.

Orang tua dibawah rata-rata
             Siapa sebenarnya yang termasuk katagori dibawah rata-rata bagi orang tua, dalam level paling banyak ini orang tua dibawah rata-rata adalah orang biasa namun hatinya juga memiliki sifat biasa, bahkan cenderung buruk sehingga selalu menimbulkan masalah untuk dirinya dan sekitarnya, termasuk anak-anak dan keluarga, pandai membuat alasan dan mudah menyalahkan anak serta lingkungan adalah bagian dari tipenya serta menimbulkan kecemasan dan ketegangan di dalam rumah. Trauma-trauma dirinya justru diulangi lagi kepada anak-anaknya sehingga yang ditanamkan dalam kehidupan nyata adalah ketakutan dan kecemasan setiap waktu, tidak mudah memaafkan kesalahan anak adalah karakter kuat baginya, dendam kecil bahkan dendam besar disimpanya untuk dijadikan balasan dikemudian hari, walau sebagai orang tua namun sifatnya adalah suka mengungkit kebaikan kepada anak-anaknya , kalimat-kalimat seperti ini mudah dengan tanpa salah diungkapkan kepada anak-anaknya :

 “kamu ini harus nurut sama mamah, mau a atau b atau c yah terserah mamah, waktu kecil kamu tidak bisa apa-apa siapa yang membuat kamu bisa hidup seperti ini”
“kamu ini anak kurang ajar yah, sudah papah banting tulang buat kamu pas sudah besar malah melawan papah, dasar kurang ajar”
“Mamah cape sama kamu, cape banget, bosen mamah sama kamu”
“Kalau kamu ga negrtiin mamah, kamu harus ganti semua biaya yang mamah keluarkan sejak kecil sampai kamu bisa bekerja”

Orang tua dibawah rata-rata selalu fokus kepada masa lalu, baik masa lalu susah maupun sebaliknya masa lalu yang mengembirakan. Kedua kondisi tersebut sama-sama tidak menguntungkan bagi sang anak, ketika fokus kepada masa lalu yang buruk, susah maka akan menyalahkan anaknya mengapa menjadi anak yang malas padahal hidup kita dalam keadaan susah, sementara ketika fokus kepada masa lalu yang berhasil dan keadaan sekarang tidak seperti yang diharapkan akan menjadi alasan untuk menyalahkan anak-anaknya juga. Jika anda adalah orang tua yang hanya fokus kepada masa lalu anda sendiri maka anda tidak akan bisa atau sulit masuk ke dalam suasana kebetinan anak anda zaman sekarang, bahkan yang terjadi akhirnya berupaya memaksakan kehendak sendiri kepada anak-anak dengan alasan ketaaan dan kepatuhan sang anak kepada orang tua.
Orang tua dibawah rata-rata memiliki sikap dan prinsip bahwa tidak ada orang tua yang salah, jika orang tua yang salah itu artinya anak tidak bisa memahami keadaan orang tuanya, orang tua bagaikan Dewa yang tidak pantas meminta maaf kepada anak jika salah, justru dengan “ego” nya bertahan dan menekan anak-anaknya tanpa merasa bersalah sama sekali, meminta maaf baginya adalah hal yang mustahil kepada anak, dimatanya ini adalah warisan dari orang tuanya dan kekek neneknya yang tetap dia jaga. Selain itu juga sikap kurang mendegarkan anaknya ketika bicara adalah sebuah karakter mencolok yang dimilikinya sehingga di dalam rumah, satu-satunya yang pantas didengarkan adalah dirinya saja. Tidak ada ruang pendapat atau usulan apalagi ‘intrupsi” dalam ruang makan atau ruang keluarga apalagi ruang meeting keluarga, hidup tanpa seni yang indah, hanya lurus dan lurus saja dengan aturan yang kaku, tertawa adalah hal yang jarang tampak darinya namun kelelahan, marah, emosi justru adalah hal yang sering ditampakan sehari-hari dihadapan anak-anaknya. Orang tua dibawah rata-rata juga sering menjadi “vampire emosi” bagi yang lainya, kalau sehari tidak marah justru perasaan dirinya ada yang kurang, ketika marah justru dirinya semakin bersemangat dan merasa penuh antusias. Baginya anak adalah obyek sementara dirinya adalah Subyek, obyek bisa dijadikan apa saja olehnya,bahkan yang sangat ironis adalah dirinya sama sekali tidak menyadari bahwa kelak ketika wafat akan ditanya “bagaimana dirinya mendidik anak-anaknya?”. Baginya hidup adalah yang terpenting hanya hari ini, adapun esok adalah hal yang belum pasti sama sekali dan tidak harus dipikirkan saat ini.

Orang tua rata-rata
Siapa sih orang tua rata-rata ? jawabnya adalah orang biasa seperti kita namun hatinya kadang baik dan kadang buruk, selalu berubah-ubah karakternya adalah dirinya, kadang menyadari peranya sebagai orang tua namun kadang lupa peranya sebagai orang tua, kadang semangat dan bisa memotivasi orang anaknya namun sisi lainya kadang bisa marah terlihat sangat marah dan menakutkan bagi anak-anaknya,terkadang berhasil mengenal dirinya dan terkadang sama sekali lupa siapa hakikat dirinya.
Anak-anak juga sering ikut bingung dengan sikap dan respon orang tua, karena setiap hari “mood”nya bisa berubah-rubah, pagi bisa semangat dan siang hari bisa berubah menjadi malas, dalam hal fokus juga sering terbolak balik, ketika dirumah bersama anak namun pikiranya justru tidak bersama anak-anaknya, sementara ketika sedang bekerja justru selalu teringat anak-anak di rumah. Ketika jauh dengan anak-anak ada rasa rindu dan ingin jumpa dengan mereka, namun ketika bertemu anak-anaknya justru sibuk dengan aktivitas diluar keluarga bahkan akhirnya dirinya sibuk dengan gadget seperti pada umumya anak-anak.
Ketika ingat kelakuan kasar dan keras kepada anaknya membuat dirinya menangis dan menyesal serta meminta maaf kepada anak-anaknya, namun kelakukanya terulang kembali kepada anak-anaknya, hatinya mudah tersentuh dan meminta maaf namun mudah juga mengulang kesalahan yang sama dalam kesempatan yang lain. Kehidupanya ada dalam 2 keadaan, pertama adalah masa lalu dan kedua adalah hari ini. Pembahasan dan dialog yang dikatakan seputar masa lalu dan persoalan hari ini, contohnya adalah ketika anak melakukan kesalahan maka akan dibahas berulang-ulang walau kejadianya sudah melewati 2 bulan bahkan 5 bulan. Ketika anaknya mendapatkan nilai atau rangking  buruk maka akan dibahas berulang -ulang, dalam hal informasi juga tidak ahli dalam menyimpan rahasia, bahkan kebalikanya justru masalah keluarga dan anak-anaknya di ceritakan kepada orang lain dan tetangga.
Dalam menyelesaikan masalah biasanya masih membutuhkan orang lain belum percaya diri tinggi sebagai seorang yang dewasa karena justru akan bertambah masalah jika diselesikan hanya berdua. Emosinya masih meleadak-ledak tergantung siapa lawan bicaranya, terkadang bisa pelan dan lembut namun bisa juga keras dan kasar, sementara dalam hal spiritualisme dirinya sudah bisa memberikan teladan hanya jika ada motivasi datang, seperti ke masjid jika ada teman yang sama-sama menuju ke masjid, jika tidak memilih di rumah, atau jika ada anaknya sehingga bersama-sama dengan anaknya ke masjid.

PROFIL TERBARU NAQOY (MASTER TRAINER THE 7 AWARENESS)

Bottom Ad [Post Page]