Wajah ibu Saeni sedikit mirip dengan bibi saya di kampung halaman, Brebes Jawa Tengah, melihat wajah yang polos dan teraniyaya, siapa sih yang tidak terprovokasi untuk memvonis dan menyalahkan yang terlihat kuat (Satpol PP), apalagi wajah garangnya dan yang membuat saya terdiam dan berkata dalam hati "tega yah" ketika makanan jualan Bu Saenipun dibawa oleh mereka. Untung saja saya masih bisa "silence" sejanak tentang mengapa ini bisa terjadi, dimana letak kesalahan dan siapa sih sebenarnya yang layak disalahkan. Dalam pelatihan The7Awareness minimal ada 3 level kita melihat setiap masalah, di level ini tentu saja hasilnya akan berbeda-beda. The7Awareness sendiri memiliki 7 tangga kesadaran yang dimulai dari Awareness of thinking, Silence, Success, Soul, Wisdom, Vision, Surrender.
LEVEL AWARENESS OF THINKING
Dalam level ini tentu saja pikiran kita memiliki dua pilihan, pertama salah dan yang kedua benar. Melihat kasus Bu Saeni pikiran kita spontan akan memvonis Pemda yang salah dan Bu Saeni yang menang, bahkan dengan pengaruh media akhirnya Bu Saeni mendapatkan simpati yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Otak kita juga mudah terprovokasi oleh apa yang kita lihat. Spontan dan menyalahkan pada ujungnya, apalagi sama-sama pernah miskin atau sedang miskin atau merasa miskin maka dengan mudah kitapun menyalahkan yang kita anggap kuat dan mendzolimi. Dalam Awareness of Thinking level kita masih di "Ilmu yaqin", memberikan penilaian, hukuman atau tuduhan sebatas apa yang kita tahu, baca saja, tidak mampu melihat latar belakang atas mengapa itu semua terjadi. Jika kita memahami masalah Bu Saeni hanya dari sudut pandang pikiran (mind), alhasil Perda Serang yang notabenenya dibuat untuk menghormati orang yang berpuasa menjadi penuh kritik bahkan bisa saja tidak disetujui oleh masyarakat umum, hanya saja sering kali kita lupa bahwa Perda adalah wajah dari sebuah masyarakat yang ada di dalamnya. Toh tentu saja membutuhkan level kedua untuk melihat masalah ini.
LEVEL AWARENESS OF WISDOM
Jika dilevel Awareness of Thinking, pikiran kita dikotak-kotakan antara salah dan benar, dilevel kedua ini kita melibatkan pandangan yang lebih tinggi yaitu Ainul Yaqin, kita mulai memahami masalah lebih menyeluruh, bisa melihat bahwa ada kemungkinan kedua-nya sama-sama benar, kok bisa, sangat bisa. Logikanya bisa seperti ini.
- Pemda melalui petugas terkait Satpol PP sudah memberikan edaran sebelum terjadinya eksekusi ini, hanya saja edaran tersebut tidak sampai ke Bu Saeni atau mungkin saja sampai tapi Bu Saeni tidak bisa membaca edaran tersebut.
- Satpol PP merazia penjual disiang hari bisa jadi bukan tahun yang pertama dilakukan, namun sudah dilakukan sebelumnya dan tidak menimbulkan masalah apa-apa sebelumnya.
- Satpol PP yang menjalankan amanat Perda Serang sehingga siapapun penjual bisa terkena ciduk seperti Bu Saeni.
Di level Wisdom, bukan lagi memahami Bu Saeni namun kita juga bisa memahami mengapa pemerintah Serang melakukan razia makanan seperti yang kita lihat. Sebenarnya setiap daerah tentu saja memiliki Perda yang berbada-beda dan sebagai warganya tentu saja mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah daerah, apalagi seorang tamu (wisatawan) yang sedang berkunjung maka tentu saja harus patuh dengan aturan yang berlaku.Saya sendiri pernah mengalami hal yang sama ketika selesai memberikan pelatihan di Bedugul Bali bersama PLN ternyata keesokan harinya adalah hari nyepi, maka sebisa mungkin untuk tidak keluar penginapan hari itu, bukan hanya menghormati namun masuk dalam level pemahaman bahwa 'wajar toh" dalam setahun ada hari dimana kita diam di rumah dan tidak keluar sama sekali, bahkan aktivitas dihentikan termasuk ditutupnya Bandara, tidak ada kemenangan logika ekonomi bahwa dengan adanya nyepi kita rugi dan sebagainya, namun sebaliknya walau beda agama, saya belajar memaknai filosofis (hakikat) dari hari khusus ini.
Serupa dengan hal ini, maka wajar dan tidak aneh jika sekarang di London, ada banyak umat non Muslim yang ikut berpuasa dan ikut bersedekah, karena semua inti dari ajaran Ramadhan adalah menabur kebaikan tanpa batas dari yang kecil sampai yang besar sehingga tidak salah juga ketika beberapa dari penduduk London belajar memaknai makna Ramadhan, walau mereka bukan muslim. Level Wisdom menunjukan kepada kita semua bahwa peristiwa ini jangan-jangan hanya masalah komunikasi yang belum maksimal sehingga bisa saja siapapun diantara kita menjadi seperti Bu Saeni atau sebaliknya menjadi pertugas Satpol PP kedua-duanya sama-sama berniat baik, menghormati orang yang berpuasa maka ada razia makanan, sementara Bu Saeni berniat baik membuka warungnya hanya untuk yang tidak berpuasa ramadhan, karea dalam Al-Quran memang dibolehkan dengan syarat syari tidak berpuasa namun diganti dihari yang ditentukan setelah ramadhan, siapa mereka musafir, wanita yang haid, nifas, pekerja yang tidak ada pilihan kecuali membatalkan puasanya. Ternyata setelah dicek lebih jauh warungnya Bu Saeni berada di sekitar terminal, tempat turunya para penumpang yang melakukan perjalanan jauh.
LEVEL AWARENESS OF SURRENDER
Di level ini kita melihat dari kacamata kosong,NOL, tanpa persepi baik dan salah, namun kita melihat bahwa kejadian itu memang harus ada agar kita sama-sama berfikir,bertafakkur, merenung, seberapa kuat makna puasa melahirkan kesadaran beragama, bukan semata-mata pengalaman beragama saja. Di level ketiga ini kita percaya bahwa ada hikmah besar atas razianya warung Bu Saeni, ada hikmah besar juga buat Bu Saeni, salah satunya menjadi terkenal dan mendapatkan banyak santunan, ada hikmah besar juga buat Pemda Serang akhirnya masyakarat Indonesia secara luas memahami bahwa Serang memang kota Santri, yang memiliki harapan siapapun warganya bisa memaknai puasa dengan sama-sama menghormatinya, Pemda Serangpun memiliki hikmah besar bahwa pendidikan agama masih harus terus ditingkatkan, pelatihan dan pengetahuan tentang agama agar masyarakat yang beragama Islam tentunya menjalankan betul ajaran yang disyaratkan seperti puasa ramadhon salah satu contohnya. Kita yang menontonpun mengambil hikmahnya bahwa puasa itu memang ibadah khusus,bahkan Allah langsung yang membalas setiap ganjaranya. Puasa melatih mental taqwa, yang benar-benar hanya menjalankan perintah-Nya dan menghindari semua larangan-larangan Allah, pada ujungnya puasa juga melatih intigritas kita semua, apa sih sebenarnya integritas yaitu melakukan sesuatu yang benar walau tidak ada yang melihat. Hikmah jugabuat yang non muslim bahwa Umat islam sedang berpuasa Ramadhan selama satu bulan, betapa indahnya kebersamaan, kedamaian dan keikhlasan yang sedang dibangun selama satu bulan penuh ini. Jika kita sampai berpikir di level ikhlas ini maka kita diberikan sama-sama bertafakkur, tadabbur dan pada ujungnya bertasyakkur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita semua. Wallau'alam