Full width home advertisement

Berita

Article

Post Page Advertisement [Top]


Dulu saya berpikir bahwa kalau saya kaya itu "ga baik","bahaya" dan bisa "sombong kepada Allah", maka menjadi miskin itu adalah sesuatu yang baik bahkan bisa terbaik agar selalu dekat dengan Tuhan dan tidak sombong. Terlebih Ayah saya "Bapak Supyan" memberikan "belifesystem" kepada saya bahwa "mencari uang itu susah dan harus prihatin tinggal di Jakarta". Sebenarnya,apa yang disampaikan Bapak saya adalah sebuah fakta di Jakarta, yah sebuah fakta tentang Jakarta dulu ketika Bapak saya menja
di tukang ojeg sepeda di Kota tua Jakarta. Sejalan dengan waktu, bertambahnya usia, bertambahnya wawsan dan juga kesadaran dari hati tentang kehidupan maka persepsi tentang kayapun mulai bergeser.
Saya tidak pernah menyalahkan Bapak (Ayah) saya yang membuat kehidupan saya terlahir miskin dan kurang beruntung, seorang Ayah yang setiap harinya menarik becak di Desa Kalibuntu Losari Brebes Jawa Tengah, perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Saya masih ingat dulu ketika saya mau sekolah di Aliyah Nurul Huda Munjul Cirebon setiap hari Bapak menyisihkan hasil keringat narik becanya sebanyak 10 ribu untuk bekal saya di "pondokan". Yang lebih hebat lagi adalah Ibu saya, karena setiap hari menerima uang yang sudah dipotong untuk masa depan anak-anaknya, jika setiap hari mendapatkan uang 10 ribu maka 80 % uang tersebut di simpan untuk sekolah saya dan adik.

Bagi saya memiliki Ayah (Bapak) seorang tukang becak adalah takdir, saya pun tidak bisa mengubahnya, namun saya harus menjadi pahlawan bagi keluarga, bagaimana mengubah nasib di masa depan menjadi yang terbaik, sayapun memilih jalan pendidikan untuk bisa mengubah nasib ini. Selama kuliah karena tidak diberikan uang oleh Bapak maka saya tinggal di Masjid kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, setiap hari menjaga sepatu dan bertugas sebagai Marbot di masjid kampus. Cibiran dan hinaan harian adalah vitamin harian yang sering saya dapatkan sehingga telinga ini menjadi kebal dengan hujatan. Minimal ada 4 Alasan mengapa Ayah saya boleh miskin dan saya tidak, yaitu :
1.PENDIDIKAN, Ayah saya bahkan buta huruf, untuk membaca dan menulis sama sekali tidak bisa sama sekali, nenak saya dulu melatih bapak saya untuk tidak sekolah tapi suruh mengelola sawah, sehingga Bapak sama sekali tidak bisa mendapatkan kesempatan yang layak dalam dunia pendidikan. Sementara saya, karena ketidakpintaranya justru Bapak meminta saya untuk sekolah yang tinggi bahkan pernah dirinya berkata "Bapak ini bodoh Nak, kamu anak pertama yang bisa mengubah nasib keluarga ini, sekolah yang tinggi biar bapak biayai". Bagi saya menjadi seorang yang tidak bersyukur jika pengorbanan orang tua di sia-siakan dengan memiliki kehidupan yang biasa.
2.KESEMPATAN, Kehidupan Ayah saya dan anaknya (saya) berbeda. Kesempatan untuk sukses di era Ayah saya jauh lebih sulit, di era sekarang justru kesempatan menjadi pribadi sukses jauh lebih terbuka dan lebih mudah, akses medsos menjadikan kita terhubung dengan banyak orang dan tentu saja kita bisa belajar dengan cepat kepada mereka semuanya. Anak saya berusia 8 tahun bisa mencari uang sendiri dengan menjual "slime  atau squishy buatanya kepada teman-teman, zaman ayah saya dulu tentu saja tidak mungkin. Kesempatan ini memang sebuah hadiah dari Allah untuk kita yang terlahir di era sekarang ini.
3. BELIEVE SYSTEM. Ini adalah soal keyakinan yang sudah menjadi DNA bagi seseorang, contohnya Ayah saya mengatakan "cari uang itu susah",saya mengatakan "cari uang itu mudah", ayah mengatakan "zaman sedang paceklik (sulit)", saya mengatakan "ada peluang baru dalam kesulitan". Ayah saya bilang "Orang kaya banyak yang sombong". Ketika seseorang membicarakan dan memantulkan kata-kata yang negatif maka kita akan mendapatkan seperti yang seringkali kita pikirkan.
4. IMPIAN. Ini hal terpenting yang membedakan antara Bapak dan saya, impian Bapak saya adalah bagaimana mematuhi perintah ibunya dengan mengelola sawah yang menjadi tugasnya, sementara impian saya adalah bagaimana mengubah kemiskinan Bapak saya menjadi keberkahan di hari tuanya. Karena impianya terlalu kecil maka kesempatan menyesuaikan, ketika impian kita besar maka kesempatan akan datang sesuai dengan impian yang kita yakini.
Sementara itu dulu yah, nanti kita sambung lagi, untuk Anda di Batam, bisa ikuti Pelatihan The7Awareness untuk umum tanggal 23 September 2017 selama 1 hari, untuk pendaftaran hubungi NAQOY CENTER (021) 75872807, 081905666479 081287475463 email rumahkesadaran@ymail.com. WA. 087878289001.

PROFIL TERBARU NAQOY (MASTER TRAINER THE 7 AWARENESS)

Bottom Ad [Post Page]