Ada sebuah ungkapan bahwa "setiap orang ada zamanya dan setiap zaman ada orangnya", kalimat ini menunjukan bahwa semuanya terus berubah sesuai kebutuhan zaman. Mari kita lihat perkembangan zaman yang setiap 1 abad mengalami perubahan yang kontrak. Dalam The7Awareness, ada 5 Zaman yang membuat kebutuhan organisasi ikut mengalami perubahan yaitu :
1. Abad pertama adalah Hunter Age, pada zaman ini manusia melakukan organiasasi dengan cara kekuatan kepala suku adalah organisasi itu sendiri, siapa yang menjadi kepala suku artinya memegang roda organisasi. Di abad ini tentu saja, siapa yang memiliki kekuatan fisik maka dianggap yang paling layak dan kuat.
2. Abad kedua adalah Agriculture Age. Pada era abad ini tentu saja sebuah organisasi mulai bergeser, kebutuhan akan orang lain mulai terlihat, Organisasi memiliki tujuan untuk saling memudahkan kebutuhan sekitar pertanian .
3. Abad ketiga adalah Industrial Age. Era organisasi pada waktu ini adalah kekuatan dalam dunia industri, tujuan dalam organisasi adalah agar menguatkan perindustrian yang sedang berkembang pesat. Pabrik-pabrik terus mengeliat dan menunjukan bisnis yang semakin kuat maka organisasi menjangkau lebih luas lagi antar benua sehingga membutuhkan jaringan yang luas.
4. Abad keempat adalah IT Age. Abad ini kita mengenal istilah organisasi modern seperti agile organization , dimana peran anggota lebih luas walau tetap adanya pemimpin yang menjadi moderator organisasi tersebut. Era ini memungkinkan setiap pemimpin di berbagai belahan dunia melakukan komunikasi secara massive melalui dunia online sehingga kebutuhan organisasi jauh lebih sederhana.
5. Abad kelima adalah wisdom Age. Era ini kebutuhan organisasi adalah bukan semata-mata efektif namun yang terjadi justru bagaimana menuju keagungan dan kemuliaan organisasi. kesadaran tentang pentingnya menjaga alam dan bumi untuk generasi yang akan datang menjadi kebutuhan organisasi era ini, pentingnya menjaga perdamaian dunia serta kelangsungan manusia.
Budaya organisasi bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan dinamis. Proses tumbuh dan berkembangnya budaya organisasi melalui proses panjang dan penuh tantangan. Organisasi tersebut berpengaruh pada keberadaan budaya organisasi. Data dan informasi dari lapangan menunjukkan karakteristik budaya kecil organisasi yaitu (Uha, 2013): (1) pada aras buruh mempertahankan kualitas dan kuantitas hasil kerja untuk memperoleh pendapatan yang tinggi, (2) pada aras manajer menengah tampak bahwa posisinya menjembatani atasan (komisaris, direktur utama) dengan bawahan (karyawan, pengawas, dan staf administrasi); dan (3) pada aras direktur utama dan komisaris bekerja keras untuk merebut pasar global namun tetap mempertahankan “jiwa” organisasi melalui peran sosialnya memberdayakan ekonomi kerakyatan.
Manajemen budaya bertolak dari anggapan dasar yaitu (Ndraha, 2005): (1) Budaya adalah program mental kolektif. Jadi budaya dapat diprogramkan atau dimanajemeni; dan (2) Nilai bisa berubah. Budaya pun bisa berubah atau diubah sebagai proses manajemen budaya meliputi fungsi dan kegiatan proses budaya. Budaya berakar kuat dalam dimensi nonverbal dan intuitif.
Ditinjau dari segi logika, memanajemeni atau pengelolaan budaya dapat dibagi menjadi beberapa tahap (Uha, 2013): (1) memahami sifat budaya dan pengaruhnya terhadap organisasi, (2) menilai kekuatan yang mendukung budaya yang sekarang dan kelemahan yang perlu diubah, (3) memutuskan perubahan apa, jika ada, dalam budaya (atau dalam aspek lain dari organisasi) yang perlu dan mungkin, dan (4) menggunakan alat yang tersedia untuk mengubah budaya.
Ada sejumlah cara untuk memahami budaya organisasi yaitu (Uha, 2013): (1) mengamati secara langsung budaya yang oleh orang luar, (2) melakukan riset survei dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara (yang ditujukan kepada karyawan yang sekarang dan bekas karyawan, dan juga orang luar yang dianggap mengetahui organisasi yang bersangkutan, (3) memeriksa dokumen organisasi, dan (4) menilai budaya organisasi secara langsung dari anggotanya
Ciri-ciri perusahaan memiliki budaya organisasi
Pada umumnya, ada beberapa ciri atau karakteristik yang dapat menjadi indikator bahwa perusahaan tersebut memiliki budaya organisasi yang baik. Berikut adalah di antaranya:
1. Memiliki identitas resmi
Perusahaan yang memiliki budaya organisasi umumnya memiliki lokasi, perizinan resmi, dan nama perusahaan yang terdaftar secara resmi oleh pemerintah.
2. Mampu memberikan status karyawan
Status karyawan yang dimaksud di sini adalah bukti konkret seperti tanda pengenal, nomor induk karyawan, surat kontrak, dan sebagainya.
3. Memiliki visi dan misi
Pada dasarnya, setiap perusahaan perlu menciptakan visi dan misi sedari awal mendirikan perusahaan. Dengan visi dan misi, perusahaan tersebut memiliki tujuan serta arah kerja yang jelas.
4. Manajemen mampu bersikap transparan
Perusahaan yang memiliki budaya organisasi tentu tidak akan ragu untuk bersikap transparan terhadap para anggotanya.
Nilai budaya yang satu ini bertujuan memberikan pemahaman terkait peluang karier dan kontribusi seperti apa yang dapat diberikan karyawannya kepada perusahaan tersebut.
5. Memerhatikan kebutuhan karyawan
Setiap perusahaan perlu memahami bahwa karyawan adalah suatu aset yang perlu dijaga dengan baik.
Itu sebabnya, perusahaan yang sehat tidak hanya menuntut suatu karyawan untuk bekerja dengan baik, melainkan juga memberikan fasilitas seperti kelas training, bonus di akhir tahun, perlindungan asuransi kesehatan, dan sebagainya
Contoh adalah :
Kemunculan Elon Musk dan Tesla Inc yang berkembang pesat sebagai produsen otomotif paling berharga—melampaui produsen otomotif legendaris Daimler AG (perusahaan induk Mercedes-Benz), General Motors, atau bahkan Toyota—bisa menandai era baru industri otomotif global. Pencapaian mereka dibentuk oleh pendekatan radikal dan revolusioner, yang biasa digunakan pada industri perusahaan rintisan di Silicon Valley (California, Amerika Serikat, AS). Pendekatan itu seolah menantang sistem lama yang sudah mapan.
Tesla memiliki budaya "transfer knowledge" sehingga orang-orang yang bekerja di Tesla bukan semakin biasa namun semakin pintar dan maju, bahkan Tesla sendiri memberikan Prototype kepada perusahaan mobil lainya bagaimana menjalankan bisnis mobil listrik yang hemat.
2. Mempertahankan nilai-nilai budaya organisasi.
Budaya organisasi dibentuk oleh filosofi dari pendiri organisasi dengan melalui kriteria yang dianut, kemudian ditetapkan oleh manajemen puncak (top management), yang implementasinya dilakukan dengan cara disosialisasikan ke seluruh elemen organisasi (proses transformasi budaya ke seluruh anggota organisasi), setelah diseleksi dengan kriteria tertentu yang telah disepakati bersama berdasarkan nilai, norma, dan asumsi yang bersumber dari filosofi pendiri organisasi.
3 langah bagaimana menjaga dan mempertahankan nilai-nilai budaya organisasi adalah :
Pertama adalah seleksi, sudah menjadi hukum alam ketika perusahaan ingin melestarikan budaya harus melakukan seleksi yang terbaik, proses seleksi akan mempengaruhi masa depan yang baik bagi perusahaan tersebut. Memastikan orang yang tepat duduk di kursi yang tepat adalah tugas dari organisasi, jika orang-orang yang memimpin salah orang akan mempengaruhi budaya organisasi di masa yang akan datang.
Kedua adalah manajemen puncak, ketika menejemen puncak adalah orang-orang yang memiliki karakter unggul akan memberikan pengaruh besar kepada staf dibawahnya, karena pemimpin tentu saja mudah diikuti oleh anak buahnya. Manajemen puncak adalah nahkoda dari budaya perusahaan akan dibawa kemana. Kesatuan visi akan menejemen puncak akan membuat perusahaan bisa melewati perubahan budaya organisasi dengan baik.
Ketiga sosialisasi. Memberikan pemaham kepada semua karyawan tentang budaya organisasi yang sedang dilakukan adalah hal terbaik walau membutuhkan cara dan waktu yang lama.